Kamis, 21 April 2016

Siti Aisyah Masa Kini

“Wanita itu tiang negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Akan tetapi, bila wanita itu rusak maka rusaklah negara itu.” (HR. Muslim)

Jujur, cerdas, pandai, tegas, darmawan, dan berani adalah karakter wanita yang dibutuhkan untuk pembangunan bangsa ini. Sudah menjadi sejarah bahwa RA Kartini adalah pejuang hak-hak wanita untuk menjadi kaum yang mandiri hingga mendapat kesejajaran hak dengan kaum pria pada masa itu. Karena perjuangannya, para kaum wanita saat ini mendapatkan haknya di berbagai bidang pekerjaan. Ruang untuk wanita telah diberikan dan memiliki banyak kesempatan untuk terus berkarya tanpa memperhatikan gender.

Wanita sangat berperan besar dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi-generasi yang unggul, bermoralitas tinggi, cerdas, dan memiliki nilai-nilai agama tidak luput dari sentuhan seorang Ibu. Seorang penyair dari Arab berkata, “Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bila engkau persiapkan dengan baik maka engkau telah mempersiapkan bangsa yang baik dan kuat.” Itulah sebabnya wanita harus meningkatkan kualitas dirinya, karena perempuan yang akan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya.

Jauh sebelum RA Kartini yang memiliki semangat yang kuat serta tekad yang luar biasa, ada Siti Aisyah yang memiliki kepribadian cerdas, tangguh, dan tegas dalam mengambil sikap untuk menegakkan hukum Islam. Siti Aisyah adalah wanita yang selalu haus akan ilmu. Ia banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi Muhammad. Sehingga beliau mendapat gelar Al-Mukatsirin (orang yang paling banyak meriwayatkan hadits). Begitu banyak keteladanan yang dapat dicontoh. Adapun hal yang cukup heboh adalah kurangnya moralitas wanita pada zaman sekarang. Ini adalah masalah terbesar bagi kaum wanita.

Banyak wanita yang memiliki kecerdasan, namun moralnya begitu rendah. Inilah yang menjadi dasar dalam pembangunan bangsa. Sibuk meningkatkan pendidikan dari S1, S2, hingga S3, tetapi kebobrokan moral sangat terlihat nyata. Kecerdasan tanpa moralitas hanya menjadi wacana untuk pembangunan bangsa yang diharapkan.

Bisa kita bayangkan jika wanita sadar akan perannya dalam membangun bangsa. Sudah tentu bangsa ini akan menjadi bangsa yang kita harapkan selama ini. Tidak hanya kecerdasan atau strategi yang harus ditingkatkan, tetapi nilai agama yang juga turut berkonstribusi dalam membangun bangsa. Bukan saatnya lagi wanita bertahan pada sifat ‘kelemahan’ yang dimilikinya dan juga bukan berarti harus berteriak-teriak di jalanan, demo mempeributkan hal yang sia-sia, tetapi dengan anggun dan terhormat wanita dapat membuktikan bahwa wanita juga memiliki prestasi yang mampu mendobrak peradaban bangsa bahkan dunia.

Jadilah Siti Aisyah masa kini yang bersikap bijak dan berani serta tidak melupakan nilai agama. Jika perempuan lebih condong ke intelektual tanpa memperhatikan agama, bangsa yang cerdas hanya akan menjadi mimpi abadi. Manfaatkan apa yang sudah RA Kartini perjuangkan, yaitu emansipasi wanita. Kesempatan sudah banyak terbuka di bangsa ini. Jadilah wanita tangguh dan bermoralitas tinggi.

Presiden Eksekutif Institut Leimena, Jacob Tobing, dalam buku Megawati Anak Sang Putra Fajar: “Ini Abad 21: Perempuan jangan cengeng menuntut ini itu, buktikan bahwa Anda bisa. Peluang untuk itu terbuka lebar sekarang dan Anda berhak pada posisi atau jabatan itu, bukan dengan cara mengemis atau diberi sebagai hadiah.”

Tangerang, 21 April 2016
Aravinda Kusuma Arrafah