Minggu, 17 Mei 2015

"Bagaimana aku bisa kuliah?" pikirku.

Hidup; sebuah pilihan. Lelah meraih kesuksesan atau lelah menganggur dalam kemiskinan. Semua terserah manusia yang pada dasarnya telah digariskan kesuksesan oleh Tuhan.

Aku, perempuan yang terus berkutat dengan "bagaimana aku bisa kuliah?".

Aku yang baru saja lulus dari SMA Negeri 56 Jakarta Barat, menginginkan jenjang pendidikan yang berjalan mulus. Aku termasuk perempuan yang mejunjung tinggi sebuah pendidikan, dan pentingnya pendidikan untuk perempuan. Perjuangan tak hanya sebatas kata-kata, tapi sebuah aksi nyata. Belajar dengan gigih serta doa yang selalu menyertai, misalnya.

Liburan panjang menyambutku dengan pintu terbuka lebar, dihabiskan dengan terus berdiskusi tentang nasib masa depanku bersama orangtua. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Mempunyai beberapa tanggung jawab besar untuk orangtua dan dua adik laki-lakiku. Kita bisa membentuk masa depan yang baik kalau smart mengatur strategi dan tekad yang kuat.

Aku menulis ini, semata-mata untuk membuat energi semangatku terus membara.

Aku menggilai buku-buku motivasi dan cerita orang-orang sukses. Mereka pun dilatih dari tahap nol dan beberapa ujian yang menguji ketabahan. Aku yakin, sesuatu yang dilakukan hari ini sangat berdampak untuk masa depanku. Kita harus yakin kondisi akan berubah, jika kita terus gigih dan berdoa. Tak ada kata malas dalam kamus hidup. Aku adalah pribadi yang terbuka, tapi tidak untuk masalahku. Biar kuolah sendiri hingga menemui titik kecerahan.

Aku ingin kuliah. Beruntung orangtuaku yang masih mampu menyelamatkan masa depanku. Maka sungguh aku tak bersyukur jika aku tak pernah berusaha. Tapi ketahuilah, Tuhan tak pernah (pura-pura) diam untuk hamba-Nya yang senantiasa berikhtiar dan berdoa. Ingat, selalu utamakan kejujuran. Tuhan sangat menyukai orang jujur. Gapailah restu-Nya.

Menghabiskan masa liburan dengan soal-soal masuk perguruan tinggi negeri. Minimal 4 jam dalam sehari, bagiku sangat menyenangkan dan earphone yang menempel pada telinga. Serta tak pernah lupa berdoa. Dasar dari keberhasilan perjuangan adalah ketabahan dan kegigihan. Pikiran memengaruhi tindakan. Selalulah berpositif. Jangan pernah takut akan hari esok jika kamu mampu memenangkan hari ini dengan semangat yang luar biasa. Tuhan memandangimu.

Jangan kau pikir aku tak pernah merasakan jenuh, tapi aku berusaha menciptakan melodi indah di tengah kejenuhan. Terus mencari energi semangat dalam diri. Melawan mood yang buruk.

Pendidikan begitu penting dalam hidupku. Sering aku melamun, akan jadi apa aku di masa depan? Akan kubawa kemana kesejahteraan keluargaku kelak? Bagaimana aku bisa memiliki finansial yang 'banyak' sehingga aku mudah beramal? Bagaimana aku membahagiakan dua malaikat yang turut memperjuangi kesuksesanku, Ayah dan Ibu? Ah, aku masih berumur 18 tahun, begitu semangat berjuang untuk bahagia.

Aku rayu Tuhan, dekat dengan Tuhan, berdoa, berdoa, dan berdoa. Harus sukses! Aku harus kuliah.

Jika aku bisa melawan malas, kenapa kalian tidak? Aku berdoa semoga kamu yang sedang berjuang selalu tabah melewati kesulitan. Tualah dengan sejahtera.

Salam,
Ara

17 Mei 2015, 20:08 WIB

Rabu, 06 Mei 2015

Jatuh Cinta Lagi

Tahukah rasanya jatuh cinta lagi? Ketika luka masa lalu terhapuskan begitu saja, rasa sakit yang menggerutu terhenti tiba-tiba, dan kesedihan yang terlupakan.

Tahukah rasanya jatuh cinta lagi? Ketika hidup lebih berwarna-warni dari biasanya, kebahagiaan yang selalu juara, dan tawa yang melangit setiap hari.

Tahukah rasanya jatuh cinta lagi? Ketika puisi indah menjadi pencurah segala isi hati, hari yang dipenuhi nada cinta, dan malam yang selalu pagi.

Aku,
Telah jatuh begitu dalam tepat pada hatimu.
Aku,
Yang telah sudah kau tarik mendekati hatimu.
Aku,
Yang telah lupa dengan masalah masa lalu.

Kau mengajariku, bahwa ternyata mudahnya jatuh cinta, untuk lepas dari masa lalu. Aku ingin mencintaimu dengan tenang, tanpa gegabah dan tanpa kecemasan. Mencintaimu dengan program kerja yang lebih baik. Tidak menyakiti hatiku dan juga hatimu.

Kau, yang jauh dari hariku, yang asing dengan hidupku, datang mengundang tawa dan canda.

Kau, yang tak pernah kulihat wajahnya, yang tak pernah kudengar suaranya, datang mengundang hati yang kian rapuh.

Perkenalan yang sederhana, tema dalam catatanku kala itu.

Aku berusaha menebak wajahmu. Berusaha mengukir senyummu sekuat mungkin. Berusaha menebak suara indah dan tawa renyahmu. Aku ingin bertemu, pikiranku kala itu melesat begitu saja.

Tak ada rasa takut kenal denganmu, hanya ada rasa, "Ayo cepat, aku ingin bertemu".

Setelah aku merasakan jatuh berkali-kali dan hampir lupa caranya bangkit, kau mengulurkan tangan, begitu ramah.

Ah, rasanya ingin menangis.
Bumi yang kutunggu sejak lama, kini berputar dengan nyata. Aku jatuh cinta lagi. Bahwa benar, kesedihan tak ada yang abadi. Waktulah yang menjawab semuanya.

Butuh waktu lama untuk memastikan ini benar cinta. Hingga pernah, pada suatu malam, aku dilautkan rindu kepadamu yang tak kukenal akrab. Kala itu, airmata mengalir mengikuti lekuk wajahku. Mengangkat tangan, perdana aku mendoakanmu, menulis namamu dalam daftar nama yang aku cinta, dan menceritakan semua pada Sang Pemberi Cinta.

Aku tak ingin tergesa-gesa. Aku akan tetap diam. Diam dengan cinta yang semakin dalam. Tak ingin merusak ceritanya menjadi kelam. Biarlah tetap diam dengan caranya.

Aku jatuh cinta lagi.

Salam,
Ara

7 Mei 2015, 7:43 WIB