Teruntuk kau yang kuingat berkata tajam melepaskanku. Tertancap pada langkah kakiku, dan kemudian kau paksa berhenti.
Entah sudah berapa kali aku gagal untuk mencinta, dan untuk kesekian kali aku enggan jatuh cinta pada yang lain. Yang perlu kau garis bawahi aku hanya mengingatmu, tidak lagi menginginkanmu. Aku perempuan yang masih waras. Menginginkanmu kembali adalah bencanaku.
Aku sudah cukup gila karenamu. Mencintaimu aku pernah sampai lupa bahagiaku, merinduimu aku pernah hingga airmata meresap ke dalam pipi. Sudah cukup semua, terbaikku kau malah abaikan.
Sesungguhnya kau telah melewati satu tempat dimana kau adalah rajanya. Karena membuatmu terluka dulu sesuatu yang begitu lancang. Merepotkanmu juga dulu bukanlah hak atas diriku. Kau begitu kuprioritaskan; dulu.
Menulisku untuk masa lalu; kesekian kali aku mengingatmu. Kau mungkin yang paling membekas di antara yang lain. Tapi, aku ingin yang lain, bukan dirimu.
Selepasmu tak ada yang cocok masuk menggantikanmu. Terkadang kendur, terkadang kebesaran, benar-benar tak ada yang pas di hati.
Aku bukan masih mencintaimu, tapi aku hanya senang mengenang tentang masa laluku; kamu. Karena untuk mencinta lagi tak semudah membuat teh hangat.
Menulisku untuk masa lalu; sengaja aku tenggelam pada nostalgia. Hingga lupa jalan pulang. Tentangmu selalu mudah kubuat puisi, meski tak ada kamu lagi.
Ditulis pada,
16:01 WIB, 7/11/2015
Tangerang
Ara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar