Rabu, 08 Oktober 2014

Aku Demam, Di

Hai Di, apa kabar? Kau sehat senja ini? Ohya, sudah senja ke berapa ya aku melewati tanpamu? Selama ini kunikmati senja sendirian. Kau tahu? Senja tak indah selama aku tanpamu.

Aku demam, Di. Sekarang aku terbaring sakit. Beberapa hari ini aku tak fokus pada kesehatanku. Justru aku fokus pada bagaimana aku bertahan. Aku tak berani jika harus bicara, "Tetap tinggal, Di". Aku hanya berani bicara, "Pergilah jika kau mau".

Saat seperti ini, aku ingat saat kau terbaring lemah. Kau sakit pada saat itu. Kata dokter, gejala demam berdarah. Ah, jika kau tahu bagaimana hatiku saat itu? Aku gelisah. Mata sayumu, wajah pucatmu, membuat hatiku teriris. Aku sayang padamu. Sungguh. Kau tak banyak bicara. Hanya sesekali kau menatapku, lalu terlelap lagi. Tak ada yang lebih menyedihkan ketika orang yang kita sayang terbaring sakit, hanya dapat mengkhawatirkannya -- dari jauh.

Aku merindukanmu. Aku rindu semua kejadian yang sering membuatku menangis -- terlalu bahagia.

Jika kau baca tulisan ini. Aku minta doamu, agar kesehatanku kembali pulih. Jangan jadikan aku seperti zooplankton ya. Kata Tere Liye, "Zoonplankton dimakan oleh ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan sedang, ikan sedang dimakan ikan besar, dan ikan besar akhirnya dimakan oleh hiu. Lu persis berada di strata terbawah piramida makanan".

Kau berjanji, untuk selalu jaga kesehatanmu. Sejak kejadian itu sudah 10 hari tertinggal, jadi aku tak bisa memantau kesehatanmu. Kau tahu diriku bukan? Aku perempuan yang mempunyai radar kecemasan yang tinggi. 

Salam,
Perempuan(mu).

16:03 WIB, 20 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar