Firasat adalah suatu hal dimana kita berbicara pada hati, pikiran, bahkan jiwa. Ia muncul dengan sendirinya, yang tak enak ia suka muncul dengan tiba-tiba. Hati pun semakin gelisah, tak tenang, kacau. Apalagi jika firasat buruk? Menebak-nebak tak karuan.
Itu yang selalu kurasakan selama ini. Siapa lagi? Jika bukan tentangmu. Lelaki yang memiliki mata hangat sehangat mentari pukul 7.
Aku baru saja mendapat jawaban dari firasatku belakangan ini. Aku sedih dengan perlakuanmu. Ada apa dengan dirimu? Kau lelah dengan amanah sebagai pemimpin organisasi? Atau kau penat dengan sekolah? Atau kau jenuh dengan suatu hal?
Mungkin ketika setelah kau membaca semua tulisan sederhanaku, kau akan mengira bahwa aku terlalu rumit dengan ini. Tapi ayolah, sepandai-pandainya otak, ia tak akan pernah mengerti hati.
Firasatku benar. Namun jika sudah benar, aku bisa apa? Aku marah-marah padamu? Aku mencaci maki depanmu? Tidak, aku tidak akan lakukan itu. Sia-sia jika aku lakukan itu semua. Biarkan semuanya mengalir, bukankah semua sungai mengalir pada satu tujuan, yaitu laut? Aku hanya perlu menerimanya dan lapang dada. Semoga aku selalu berbesar sabar. Aku tak ingin lelah hati. Karena masih ada yang lebih penting, yaitu bagaimana aku bertahan.
Aku tak ingin lagi ada firasat buruk tentangmu. Aku tak merasa jauh darimu, karena kau masih disini, di hati ini. Detaknya masih sama, mungkin bertambah -- hanya untukmu, Di. Jaga baik-baik hatimu, karena disini aku benar-benar menjaganya. Aku mencintaimu, sungguh. Aku mendoakan keselamatanmu.
Firasatku yang belum terjawab yaitu kamu akan kembali. Kamu akan membuktikan bahwa aku adalah titik. Seperti apa yang dulu kau bilang. Ingat? Kau akan pulang kan, Di? Aku sudah menyiapkan teh hangat untukmu...
Salam,
Ara
22:16 WIB, 24 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar