Sudah malam ke berapa aku tanpamu? Malamku semakin sesak. Bagaimana dengan malammu? Semoga bahagia tetap di sana.
Wahai hati,
Tetaplah bertahan untuk cinta.
Wahai hati,
Tetaplah berjuang untuk cinta.
Wahai hati,
Tetaplah setia untuk cinta.
Izinkan aku bercerita tentang dirimu, tentang kita di masa lalu. Aku tak menyebutnya kenangan, aku tak ingin mengenangnya. Karena aku masih bersamamu. Kan?
Kau ingat saat pertama kita dekat? Awalnya kau dan aku hanya sebatas teman di sekolah. Aku ingat, kau senang sekali menyapaku ketika aku melaluimu. Sapaan yang menurutku sangat sopan.
"Ara..."
Aku kadang hanya menjawabnya dengan anggukan atau senyuman. Hanya satu dua kali aku menjawabnya dengan,
"Iya..."
Entah kenapa, kita sering sekali berpapasan. Maupun itu di tangga sekolah. Karena memang kelasmu dan kelasku tak terlalu jauh. Kejadian ini berlangsung selama satu tahun. Di tahun 2013 kau suka sekali memanggilku.
Pada bulan Desember 2013 aku terluka. Aku patah hati. Aku dibuat hancur oleh orang yang dulu aku sangat sayangi. Semua kepercayaanku dibuatnya remuk dan kemudian hilang. Pada saat itu, kau ada untukku. Kau selalu ada. Facebook. Twitter. Kau ada. Pada saat itu aku benar-benar tak sanggup menjalani semua beban sendirian. Aku berbagi cerita padamu. Kita sering mentionan dan chattingan. Hingga pada suatu sore, kau meminta nomor handphone-ku lewat Direct Message. Sejak saat itu, kita dekat. Dan tepat malam tahun baru aku memberanikan untuk I'm move on and I'm not regret. Aku telah jatuh hati padamu.
Begitu banyak kisah yang tak bisa aku lupakan alurnya. Salah satunya, sebab mengapa aku mencintai sajak dan mulai menekuninya.
Kau memberiku satu kata untuk dibuatkan menjadi sajak indah.
Kopi, kata pertama yang kau beri.
Lalu hujan. Kata ini akibat pemikiran kita yang tiba-tiba sama.
Kemudian, pintu. Aku mengatakan, aku akan menjadi pintu yang setia untuk tuan rumah.
Berbicara tentang pintu. Aku masih menjadi pintu, tuan. Hati ini menunggumu setia. Ia sangat kokoh dan terus bertahan. Pintu sangat merindukan sosokmu. Senyummu dan tatapan hangat itu. Untuk kesekian kali aku bertanya, kau kapan pulang?
Masih banyak lagi kata-kata yang kau beri yang kemudian kujadikan sebuah sajak sederhana. Sampai sekarang aku terus berkutat pada tulisan dan banyak sajak. Terima kasih, kau membuatku menciptakan banyak puisi, sajak, serta tulisan indah lainnya. Tulisan tentangmu -- ia selalu ada jejaknya.
Itu sedikit cerita tentang kau dan aku. Semoga ketika kau membacanya, kau diam-diam tersenyum :)
Wahai hati,
Apa kabar? Masihkah kau kuat? Buktikan cintamulah yang paling setia. Tak perlu takut berjuang sendirian. Di depan sana selalu ada harapan lebih baik, teruslah berdoa.
Di, tak perlu kau ributkan kegilaanku. Beginilah caraku mencintaimu. Kau bilang aku titik, janjilah padaku bahwa mereka hanya koma, spasi, tanda seru, dan tanda tanya. Berhentilah padaku dan kita teruskan kebahagiaan dulu.
Di, aku di sini menjaga semuanya. Aku tak pernah mengizinkan siapa pun menggangguku. Aku menunggumu...
Berjuang untukmu menyenangkan. Karena kamu selalu bisa mengubah keluh, peluh, dan air mata menjadi kekuatan.
Wahai hati,
Bersabarlah, semoga ada hasil yang indah di akhir. Tuhan hanya menunjukkan jalan-Nya yang luar biasa.
Wahai hati,
Berdoalah, semoga dengannya dirimu semakin kuat untuk bertahan. Tuhan hanya menunjukkan bahwa sebesar apa kau berusaha.
Wahai hati,
Tersenyumlah, semoga dengannya dirimu semakin cantik. Tuhan tak menghilangkan bintangmu, bumi hanya sedang berputar.
Bertahanlah, Raa...
Salam,
Raa
22:24 WIB, 27 September 2014